BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi
yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang
menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia,
tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa
dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan,
manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat
mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama
dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan
diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata
dan terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong
perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau
bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan
sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung
memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan
di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak
dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih
baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia.
Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa.
Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana
perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu
dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia,
yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin
menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah
perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan
Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan?
3. Apa saja
peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia?
4. Bagaimana sejarah ejaan
Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)?
5. Bagaimana Perkembangan
Bahasa Indonesia pada masa reformasi?
6. Bagaimana kedudukan dan
fungsi Bahasa Indonesia?
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah
perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan
2. Untuk mengetahui sejarah
perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan
3. Untuk mengetahui
Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui sejarah
ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
5. Untuk mengetahui
perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi
6. Untuk mengetahui
kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa
penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu
tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
·
Tulisan
yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
·
Prasasti
Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
·
Prasasti
Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
·
Prasasti
Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
·
Prasati
Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah
berfungsi sebagai:
1. Bahasa kebudayaan yaitu
bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan
(Lingua Franca) antar suku di indonesia
3. Bahasa perdagangan baik
bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar
indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok
Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah
di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,
antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan
bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda
indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa
Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah
merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu
sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan
bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda
dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai
kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang
dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan
Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas
di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung
Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial
Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk
membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai
terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk
semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak
yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa
daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel
Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah
memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling
elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling
indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa
yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah
menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van
Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan
Wilkinson.
1. Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke
pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah
nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena
bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah
nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa
persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung
dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28
Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri
Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri
Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri
Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama
“Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada
tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan
bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan
dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
1. Peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
2. Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan
organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat
terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar
syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan
permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan
akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk
melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
2. Sarikat Islam.
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912.
mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak
dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat
non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna
mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa
Indonesia.
3. Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu
1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De
Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya
balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat
disebutkan sebagai berikut :
1. Meberikan kesempatan
kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam
bahasa melayu.
2. Memberikan kesempatan
kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam
bahasa melayu.
3. Menciptakan hubungan
antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan
melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi
cita-cita bangsanya.
4. Balai pustaka juga
memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah
tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah
kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal
sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata
bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan
sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang
pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau
benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo,
sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres
itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi
pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada
tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di
Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih
dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar
atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
1. Sejarah
Perkembangan EYD
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis
kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan
diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang
mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai
dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia
terdiri dari:
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun
1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen
itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini
yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan
antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan
diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan
kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk
menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4. Tanda diakritik, seperti
koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’,
dsb.
5. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan
dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian
juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang
mulai berlaku sejak tahun 1901.
1. Huruf oe diganti dengan
u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi
sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis
dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata
depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini
dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
1. huruf ‘oe’ menjadi ‘u’,
seperti pada goeroe → guru.
2. bunyi hamzah dan bunyi
sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada
kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
3. kata ulang boleh ditulis
dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
4. awalan ‘di-’ dan kata
depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata
depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’
pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun
1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri
Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam
bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai
pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor
departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
3. Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah
ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan
ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah
pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada
masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara
tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan
buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”
dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan
sebelumnya adalah:
‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
1. Perkembangan
Bahasa Indonesia Masa Reformasi
Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa
Pers):
1. Bertambahnya jumlah
kata-kata singkatan (akronim);
2. Banyak penggunaan
istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan
istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan,
hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser
menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu,
dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru
yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun
mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
1. Kedudukan dan
Fungsi Bahasa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia,
yaitu:
1. Sebagai bahasa persatuan
(alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
2. Bahasa nasional;
3. Bahasa resmi
4. Bahasa budaya dan Bahasa
ilmu
5. Sebagai bahasa pengantar
di lembaga-lembaga
6. Pendidikan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai
bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena :
·
Bahasa
melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan
dan bahasa perdangangan.
·
Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
·
Suku
jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
·
Bahasa
melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
1. Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai
mana dari penjelasan terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk
mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia.
Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan
bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan
baik oleh pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2013. Makalah Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia, http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa_9.htmlV
, diakses pada Jumat, 12 September 2014 pukul 09:34
Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan
Bahasa Indonesia http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
diakses pada Rabu, 10 September 2014 pukul 01.00
Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia. http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
diakses pada Rabu, 10 September 2014 pukul 01.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar