BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki obyek-obyek wisata yang
sangat menarik telah secara serius memperhatikan
perkembangan sektor pariwisata, hal ini ditunjukkan dengan dicanangkannya
sektor ini sebagai penghasil devisa utama di tahun 2008 dengan program ”Visit
Indonesia 2008”.
Penetapan tahun 2008 sebagai tahun kunjungan wisata mengharuskan sektor ini berbenah diri karena sektor ini sangat diandalkan untuk bisa menyumbang devisa yang sangat berarti bagi negara kita yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi ini.
Penetapan tahun 2008 sebagai tahun kunjungan wisata mengharuskan sektor ini berbenah diri karena sektor ini sangat diandalkan untuk bisa menyumbang devisa yang sangat berarti bagi negara kita yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi ini.
Perkembangan dunia
wisata diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan,
hal ini perlu didukung dengan tersedianya fasilitas-fasilitas umum pendukung
industri pariwisata, di samping dengan terus memperbaiki outlook dari daya
tarik wisata yang ditawarkan.
Upaya pengelolaan
obyek-obyek daerah tujuan wisata di berbagai kabupaten atau kota sepertii
halnya juga di Kota Pagaralam telah menunjukkan perkembangan yang cukup
menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan
wisatawan. Hal ini merupakan sinyalmen positif bagi pengembangan daerah
kunjungan wisata di sekitar karena hal tersebut juga menunjukkan adanya minat
dari calon wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Kawasan wisata daerah
khususnya di Kota Pagaralam sebagai salah satu aset pariwisata perlu
diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya tarik alami yang tidak
dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Penanganan yang profesional atas aset
pariwisata ini juga perlu ditingkatkan terutama perencanaan dan penataan yang
berwawasan alam dan budaya.
Berdasarkan uraian
latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini penulis tertarik
untuk membahas masalah tentang ”Manajemen Pariwisata”.
1.2 Permasalahan
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan manajemen pariwisata?
b. Bagaimana konsep dari manajemen pariwisata?
c. Bagaimana upaya untuk mengembangkan pariwisata?
1.3 Tujuan
Dengan adanya makalah ini maka diharapkan pembaca dapat:
a. Mengerti maksud dari manajemen pariwisata.
b. Memahami konsep dari manajemen pariwisata.
c. Mengetahui upaya untuk mengembangkan pariwisata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Pariwisata
Menurut definisi yang
luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai
perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :
(dikutip dari Ekonomi Pariwisata, hal 21)
a.
Harus
bersifat sementara
b.
Harus
bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa
c.
Tidak
bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran
Dalam kesimpulannya
pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang
ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya.
Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Kepariwisataan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997,
p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan
adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system
and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of
domestic and international tourist market. The supply is comprised of
transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities,
services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors
are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa
kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor
permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor
permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara.
Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan
aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta
informasi dan promosi.
Berikut pengertian manajemen menurut beberapa ahli :
1. Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang Lee )
2. Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By :
James A.F. Stoner)
3. Manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya. (By : R. Terry )
4. Manajemen
adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.(By :
Lawrence A. Appley)
5. Manajemen
adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
(By : Horold Koontz dan Cyril O’donnel )
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen
Pariwisata adalah suatu tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan
sumberdaya lainnya dalam bidang pariwisata.
2.2 Jenis-jenis Pariwisata
Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut
motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Wisata Budaya
Yaitu
perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup
seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau
ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka,
cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan serupa ini
disatukan dengan kesempatan–kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan–kegiatan
budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni
suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis
wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih–lebih di
danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil
melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat
taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai
rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah–daerah atau negara–negara
maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya.
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk
jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan
yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau
daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang–undang.
4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang
dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun
wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan
ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah,
konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun
internasional.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Sebagai
halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan
yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan
sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan
untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling sambil menikmati segarnya
tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan
palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
6. Wisata Buru
Jenis
ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki daerah atau hutan
tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen
atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah
atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan,
seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan
sebagainya.
7. Wisata Ziarah
Jenis
wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan
oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–makam orang
besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap
keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh
legenda.
2.3 Tipologi Wisatawan
Menurut Plog (1972) dan Pitana (2005), menjelaskan konsep
sosiologi tentang wisatawan menjadi sangat penting, kemudian Plog
mengelompokkan tipologi wisatawan sebagai berikut:
1. Allocentris,
yaitu
wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat
petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat
local.
2. Psycocentris,
yaitu
wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai
fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya.
3. Mid-Centris,
yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris
Menurut Pitana (2005), tipologi wisatawan perlu diketahui untuk tujuan perencanaan,
termasuk dalam pengembangan kepariwisataan, tipologi yang lebih sesuai adalah
tipologi berdasarkan atas kebutuhan riil wisatawan sehingga pengelola dalam
melakukan pengembangan objek wisata sesuai dengan segmentasi wisatawan.
2.4 Ekologi Pariwisata
Ekologi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antar unsur hayati yang dapat dibudidayakan dan nonhayati yang
dapat dikelola untuk kegiatan pariwisata tanpa harus menyimpang dari tata alam
yang ada (Pencagaran). Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan
menerapkan asas pencagaran sebagai berikut:
1. Benefisiasi;
kegiatan kerja meningkatkan manfaat tata lingkungan dengan teknologi tepatguna,
sehingga yang semula tidak bernilai yang menguntungkan, menjadi meningkat
nilainya secara sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Optimalisasi;
usaha mencapai manfaat seoptimal mungkin dengan mencegah kemungkinan
terbuangnya salah satu unsur sumberdaya alam dan sekaligus meningkatkan
mutunya.
3. Alokasi;
suatu usaha yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan dalam menentukan
peringkat untuk mengusahakan suatu tata lingkungan sesuai dengan fungsinya,
tanpa mengganggu atau merusak tata alamnya.
4. Reklamasi;
memanfaatkan kembali bekas atau sisa suatu kegiatan kerja yang sudah
ditinggalkan untuk dimanfaatkan kembali bagi kesejahteraan hidup manusia.
5. Substitusi;
suatu usaha mengganti atau mengubah tata lingkungan yang sudah menyusut atau
pudar keualitasnya dan kuantitasnya, dengan sesuatu yang sama sekali baru sebagai
tiruannya atau lainnya dengan mengacu pada tata lingkungannya
6. Restorasi;mengembalikan
fungsi dan kemampuan tata lingkungan alam atau budayanya yang sudah rusak atau
terbengkalai, agar kembali bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
7. Integrasi;
pemanfaatan tata lingkungan secara terpadu hingga satu dengan yang lainnya
saling menunjang, setidaknya antara perilaku budaya manusia dengan unsur
lingkungannya baik bentukan alam, ataupun hasil binaannya.
8. Preservasi;
suatu usaha mempertahankan atau mengawetkan runtunan alami yang ada, sesuai
dengan hukum alam yang berlaku hingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
2.5 Jaringan Kegiatan Pariwisata
Kegiatan pariwisata pada dasarnya dapat dipadu dalam satu jaringan kegiatan
kerja yang diawali oleh adanya kegiatan manusia yang melakukan perjalanan di
darat, di laut dan di udara. Kegiatan wisatawan dalam mengunjungi objek wisata
(Alam, budaya maupun minat khusus) pada daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh
adanya promosi wisata, kemudahan transportasi, restorasi, akomodasi serta
pelayanan pemandu wisata.
2.6 Kajian Manajemen Pariwisata
Untuk dapat menghubungkan antara konsep manajemen dan
pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:
(1) Aspek
Penawaran Pariwisata
Menurut
Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan
dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek adalah:
a) Attraction
(daya
tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki
daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya .
b) Accesable
(bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan mancanegara dapat
dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
c) Fasilitas
(Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat
Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih
lama di Daerah tersebut.
d) Adanya
Lembaga Pariwisata (Ancillary). Wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di daerah tersebut
wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of Tourism) dan
terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai
keberadaan mereka selaku pengunjung / Orang bepergian.
(2) Aspek
Permintaan Pariwisata
Lebih
lanjut Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, menjelaskan ada tiga pendekatan
yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, tiga pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pendekatan
ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan pariwisata
menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan dalam menggambarkan
hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan
variable lainnya.
b) Pendekatan
geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan
permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai
penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang
karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.
c) Pendekatan
psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat permintaan
pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan
dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.
(3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, faktor-faktor
utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan
sebagai berikut,
a) Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata
maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon
wisata, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.
b) Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka
kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan
semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada DTW jika dianggap
menguntungkan.
c) Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan
bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon
wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini
akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah
kekayaan pola pikir budaya mereka.
d) Sospol (Sosial Politik), dampak sosial politik belum
terlihat apabila keadaan DTW dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila
hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa
dampak/pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
e) Intensitas Keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga
berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah
keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga
tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu
sendiri.
f) Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek diatas,
harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana
barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan
cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan Wisata utama di
Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan
dalam memenuhi syarat-syarat DTW sehingga secara tidak langsung wisatawan akan
mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan
Singapura).
g) Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang
saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang
saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang
komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan Obyek
Wisata lainnya.
2.7 Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek
pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati
pengunjung, yaitu :
a.
Something to see adalah obyek wisata tersebut harus
mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung
wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang
mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b.
Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan
pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan
perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena
bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut
sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c.
Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan
berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut,
sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).
Dalam pengembangan
pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama
mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik.
Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut
menjadi realistis dan proporsional.
Agar suatu obyek wisata
dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang
sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata
tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung
dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu
Pariwisata (1985, p.181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua
fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan
berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan
wisatawan yang beraneka ragam”. Prasarana tersebut antara lain :
a.
Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan
udara dan laut, terminal.
b.
Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c.
Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf,
radio, televise, kantor pos
d.
Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah
sakit.
e.
Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek
wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f.
Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi
ataupun kantor pemandu wisata.
g.
Pom bensin
h.
Dan lain-lain. Sarana kepariwisataan adalah
perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada
kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
v
Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau
kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.
v
Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang
berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan
pengunjung dari obyek wisata tersebut.
v
Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata
tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang
cinderamata khas obyek tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Manajemen Pariwisata adalah suatu tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dalam bidang pariwisata.
b. Konsep Manajemen pariwisata terdiri dari dua konsep, yaitu
konsep penawaran pariwisata dan konsep permintaan pariwisata, yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor dalam masyarakat.
c. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
pariwisata adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana di tempat wisata
tersebut.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis menyarankan baik kepada masyarakat
pada umumnya, pemerintah daerah yang khususnya mengelola pariwisata maupun bagi
para pelajar sebagai generasi penerus daerah untuk senantiasa menjaga
kelestarian alam, sehingga alam selalu terjaga dan pariwisata dalam terus
berkembang.
Sebagai pelajar kita semua juga sudah selayaknya membantu segala upaya-upaya
yang dapat mendukung berkembangnya pariwisata di daerah kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar